BOCAH
BOCAH
Oleh Dicky Kromen*
“Dasar bocah ingusan” kata yang sering dikeluarkan temannya kepada pemuda manja berusia 17 tahun ini. Namanya Yosko. Yosko adalah anak semata wayang dalam sebuah keluarga. Remaja yang manja. Suka menangis sampai menggulingkan tubuhnya di tanah. Kelakuan seperti bocah. Itulah yosko yang sebenarnya. Sekarang dia bersekolah di Jakarta. Yosko adalah anak seorang pengusaha sukses dari kota Larantuka. Dia seorang yang kaya raya dan suka berfoyah -foyah menghabiskan uang.
***
Suatu ketika Yosko mengikuti les matematika. Dia diberikan soal-soal tugas oleh guru, tetapi dia tidak tahu mengerjakannya karena dia adalah anak yang bodoh, hingga akhirnya dia membayar salah seorang teman kelasnya untuk mengerjakan soal tersebut. Kesalahan dia pun diketahui oleh guru kelasnya. Dia dan temannya pun pergi menghadap di ruang kepala sekolah. Berita ini pun tersebar ke seluruh warga sekolah. Sehingga setiap hari yosko selalu di bully oleh teman-temannya. Dia pun tidak lagi bergaul baik dengan teman-temannya, sehingga dia pun hidup lebih mandiri dan hemat daripada sebelumnya.
Tapi, ada seorang teman yang selalu bersamanya. Namannya adalah Juminten, berasal dari jawa. Setiap hari Juminten selalu bersama dengan Yosko, meskipun Yosko sudah tidak punya teman lagi selain Juminten.
Pada hari libur Yosko diajak Juminten pergi ke Jawa. Meskipun anak pengusaha, tapi Yosko merupakan anak yang kampungan. Keesokkan harinya Juminten dan Yosko pergi ke sebuah mall yang mewah. Sesampai di mall mereka berdua naik lift. Mereka berdua pun masuk ke dalam lift tersebut dari lantai 1 menuju lantai 2. Setelah keluar dari lift, Yosko melongo heran dan nampak seakan air liurnya menetes...hehehe...
“Dasar kampungan” ejek orang-orang yang melihat Yosko. Namun Juminten tidak malu dengan perbuatan temannya tersebut. Setelah selesai belanja, Juminten dan Yosko pun pulang ke rumah.
Setelah selesai liburan mereka lalu kembali ke Jakarta. Kembalinya di Jakarta, Yosko mendengar kabar bahwa orang tuanya bangkrut. Dari situ Yosko pun tidak lagi memegang uang sepeser pun. Setiap hari dia selalu makan dengan dibiayai oleh Juminten.
Dengan modal buku tulis dia lalu menulis kisah perjalanan hidupnya dengan tulisan tangannya sendiri. Akhirnya buku itu pun selesai ditulis dan di beri judul “BOCAH”.
Cerita itupun tersebar ke banyak orang termasuk penerbit-penerbit ternama di Indonesia. Tulisan karya Yosko itupun dicetak dan diterbitkan sebagai novel oleh salah satu perusahahan pencetak buku terbaik di indonesia. Novel itu pun terjual dimana-mana, dan novel itu menghasilkan keuntungan sebesar 500 milyar rupiah. Puji Tuhan kehidupan Yosko pun berubah. Dia dapat menghasilkan uang sendiri.
10 tahun kemudian Yosko menikahi Juminten, teman paling berjasa dalam hidupnya. Mereka di anugerahi 2 anak dan mereka pun hidup bahagia selamanya. "Pengalaman adalah Pelajaran Paling Berharga dalam Hidup".
«TAMAT»
Oleh Dicky Kromen*
“Dasar bocah ingusan” kata yang sering dikeluarkan temannya kepada pemuda manja berusia 17 tahun ini. Namanya Yosko. Yosko adalah anak semata wayang dalam sebuah keluarga. Remaja yang manja. Suka menangis sampai menggulingkan tubuhnya di tanah. Kelakuan seperti bocah. Itulah yosko yang sebenarnya. Sekarang dia bersekolah di Jakarta. Yosko adalah anak seorang pengusaha sukses dari kota Larantuka. Dia seorang yang kaya raya dan suka berfoyah -foyah menghabiskan uang.
***
Suatu ketika Yosko mengikuti les matematika. Dia diberikan soal-soal tugas oleh guru, tetapi dia tidak tahu mengerjakannya karena dia adalah anak yang bodoh, hingga akhirnya dia membayar salah seorang teman kelasnya untuk mengerjakan soal tersebut. Kesalahan dia pun diketahui oleh guru kelasnya. Dia dan temannya pun pergi menghadap di ruang kepala sekolah. Berita ini pun tersebar ke seluruh warga sekolah. Sehingga setiap hari yosko selalu di bully oleh teman-temannya. Dia pun tidak lagi bergaul baik dengan teman-temannya, sehingga dia pun hidup lebih mandiri dan hemat daripada sebelumnya.
Tapi, ada seorang teman yang selalu bersamanya. Namannya adalah Juminten, berasal dari jawa. Setiap hari Juminten selalu bersama dengan Yosko, meskipun Yosko sudah tidak punya teman lagi selain Juminten.
Pada hari libur Yosko diajak Juminten pergi ke Jawa. Meskipun anak pengusaha, tapi Yosko merupakan anak yang kampungan. Keesokkan harinya Juminten dan Yosko pergi ke sebuah mall yang mewah. Sesampai di mall mereka berdua naik lift. Mereka berdua pun masuk ke dalam lift tersebut dari lantai 1 menuju lantai 2. Setelah keluar dari lift, Yosko melongo heran dan nampak seakan air liurnya menetes...hehehe...
“Dasar kampungan” ejek orang-orang yang melihat Yosko. Namun Juminten tidak malu dengan perbuatan temannya tersebut. Setelah selesai belanja, Juminten dan Yosko pun pulang ke rumah.
Setelah selesai liburan mereka lalu kembali ke Jakarta. Kembalinya di Jakarta, Yosko mendengar kabar bahwa orang tuanya bangkrut. Dari situ Yosko pun tidak lagi memegang uang sepeser pun. Setiap hari dia selalu makan dengan dibiayai oleh Juminten.
Dengan modal buku tulis dia lalu menulis kisah perjalanan hidupnya dengan tulisan tangannya sendiri. Akhirnya buku itu pun selesai ditulis dan di beri judul “BOCAH”.
Cerita itupun tersebar ke banyak orang termasuk penerbit-penerbit ternama di Indonesia. Tulisan karya Yosko itupun dicetak dan diterbitkan sebagai novel oleh salah satu perusahahan pencetak buku terbaik di indonesia. Novel itu pun terjual dimana-mana, dan novel itu menghasilkan keuntungan sebesar 500 milyar rupiah. Puji Tuhan kehidupan Yosko pun berubah. Dia dapat menghasilkan uang sendiri.
10 tahun kemudian Yosko menikahi Juminten, teman paling berjasa dalam hidupnya. Mereka di anugerahi 2 anak dan mereka pun hidup bahagia selamanya. "Pengalaman adalah Pelajaran Paling Berharga dalam Hidup".
«TAMAT»
*Dicky Kromen - Siswa Kelas VII SMP Mater Inviolata - Larantuka. Tinggal di Waibalun.
Komentar
Posting Komentar