Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

NASIONALISME MENCARI DEMOKRASI

Gambar
NASIONALISME MENCARI DEMOKRASI (Foto: Ignas Kleden) Oleh IGNAS KLEDEN Untuk waktu kurang-lebih dua abad lamanya, hubungan antara nasionalisme dan demokrasi dianggap sebagai sesuatu yang  given  atau alamiah. Negara-bangsa dianggap sebagai kerangka tempat perangkat-perangkat demokrasi bisa dibangun untuk mewujudkan nilai-nilai dalam kenyataan politik dan kehidupan sehari-hari. Pengandaian ini dianut sedemikian luasnya selama dua abad sebelum ini, dan ini dapat dilihat sekurang-kurangnya dari dua kenyataan. Pertama, negara-negara modern entah berbentuk kerajaan, republik kesatuan, atau federasi – semuanya, tanpa kecuali menetapkan demokrasi sebagai tujuan politiknya, baik sebagai tujuan sungguhan maupun sebagai dalih. Kedua, gerakan kemerdekaan yang dikobarkan oleh negara-negara bekas jajahan selalu mencantumkan demokrasi sebagai landasan dan tujuan perjuangannya, karena dalam hubungan yang tidak setara antara bangsa penjajah dan negeri terjajah dianggap demokrasi mustahil diwujudkan. Ka

Dari Apologetik ke Dialog, Beberapa Kesimpulan Diskusi “Refleksi Kebudayaan” (1)

Gambar
Dari Apologetik ke Dialog, Beberapa Kesimpulan Diskusi “Refleksi Kebudayaan” (1) (Foto: Ignas Kleden) Oleh Ignas Kleden P ADA 9 September 1995 di auditorium Institut Kesenian Jakarta dilangsungkan diskusi “ Refleksi Kebudayaan ” yang mendapat perhatian dan sambutan luas, baik dari segi partisipasi peserta maupun dari segi pemberitaan dalam surat kabar dan majalah berita di Ibu Kota. Diskusi diadakan dengan beberapa tujuan yang saling berkaitan. Pertama, apakah mungkin suatu diskusi kebudayaan yang semata- mata apologetik akan dapat bersifat produktif? Mempertahankan posisi sendiri adalah hal yang mutlak perlu dalam melakukan diskusi. Namun demikian, mempertahankan posisi sendiri tanpa kesediaan memahami alasan pihak lawan diskusi, akan menyebabkan perdebatan cenderung menjadi dua monolog yang tidak menghasilkan perkembangan gagasan dan perkembangan sikap yang lebih jauh. Karena itu diskusi kebudayaan seberapa pun kerasnya sedapat mungkin harus ditempatkan dalam suatu struktur dialog, s

EKSPERIMEN SEORANG PENYAIR

Gambar
  EKSPERIMEN SEORANG PENYAIR (Foto: Ignas Kleden) Oleh Ignas Kleden           Sign in HOME BERITA JELAJAH Bumi Manusia Biografi Opini Kolom S Eksperimen Seorang Penyai Ignas Klede PADA dasarnya “Catatan Pinggir” majalah  Tempo  adalah catatan seorang penyair, dan semua kita tahu, penyair tersebut seorang wartawan. Tentu saja tidak ada yang aneh jika penyair menjadi wartawan atau wartawan menjadi penyair. Sepintas lalu, hubungan antara penyair dan wartawan tidak lebih istimewa dari hubungan penyair dan guru, atau wartawan dan kolektor barang-barang antik. Apakah yang aneh kalau seorang biolawan sekaligus juga jadi pemain sepakbola atau seorang pelukis jadi mahaguru antropologi? Masalahnya mungkin baru muncul kalau seorang pemain musik klasik ingin sekaligus menjadi pemusik rock, atau seorang pelukis naturalis sekaligus mau menjadi spesialis kubisme. Dengan lain perkataan, menjalankan dua-pekerjaan yang sama sekali berbeda mungkin lebih mudah daripada menggabungkan dua keterampilan yang