Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2019

'TOKO JEMPOL'

Gambar
‘TOKO JEMPOL’ Oleh Berrye Tukan Toko kecil ini berada di pinggir jalan, di antara sebuah kedai kopi dan warung makan. Temboknya berwarna biru tua dikombinasikan dengan garis-garis putih di tiang-tiang utamanya. Kaca pintunya selalu bersih dan kinclong, terkadang terlihat transparan hingga wajah penjaga tokonya bisa dilihat jelas dari depan jalan. Di depan pintu masuk, dua pot besar berdiri mengapit pintunya. Dua tanaman sejenis ilalang besar tumbuh di masing-masing potnya. Sebuah papan nama besar berupa neon box tergantung di atas pintu masuk, bertuliskan ‘Toko Jempol’, dengan gambar jempol besar di sampingnya. Toko Jempol, demikian namanya. Aneh memang. Di dalam toko, berjejer rak-rak panjang dan tinggi berisi ratusan bahkan ribuan potongan ibu jari atau yang sering disebut jempol. Tak hanya jempol manusia, ada juga jempol binatang yang kebanyakan berisi jempol monyet dari beraneka spesies, dari orang utan, simpanse hingga gorila. Jempol-jempol ini disusun berdasarkan usia,

KISAH PAGI KOTAKU

Gambar
KISAH PAGI KOTA-KU Oleh Karolus Banda Larantukan * Dini hari yang indah. Di minggu dini hari itu aku berjalan-jalan melintasi kotaku. Bersama sepeda motor tuaku aku berusaha menikmati setiap peristiwa pagi itu. Kisah pagi kotaku yang terlewatkan oleh para wartawan. Melihat manusia-manusia kotaku mengaduh nasib mengais rejeki di pagi itu. Kerasnya kotaku pun membuat sebagian manusiaku terhempas dari dirinya sendiri. Aku terus berjalan menghitung waktu tertuju sendirian ditemani lagu-lagu musisi ternama Indonesia, Iwan Fals. *** Ketika melintasi pasar inpers kotaku aku tersentak kaget. Mengantuk perempuan setengah baya di bak terbuka mobil sayuran. Jam tiga pagi itu. Tangannya terangkat saat sorot lampu sepeda motorku menyilaukan matanya. Tak ada seorang pun bersamanya. Ia sendirian. Bersama sayuran yang mungkin di jualnya pagi itu. Menunggu pembeli datang menawarkan sayuran yang dibawanya dari desa.  “Paman mau beli sayuranku? Ini baru tiba dari kampung. Masih segar k

LEWO - TANAH

Gambar
L E W O - T A N A H   (Epilog buku "PERISTIWA WAIBALUN - Catatan Harian Anak Muda Waibalun) oleh Stephie Kleden-Beetz   Waibalun adalah kampung halaman -LEWO TANAH- kami yang terletak antara pantai dan gunung. Ile Mandiri, gunung itu, menjulang megah bagaikan perisai yang melindungi kami penghuninya. Suatu ketika tanpa disangka kalangan muda bangkit, tersentak memandang kampung halamannya sendiri dan bersepakat untuk menulis tentang tanah tumpah darahnya ini. Gejala apa ini? Ini gejala yang amat menarik dan patut diapresiasi. Pertanyaannya ialah apa yang menggerakkan mereka sehingga tiba-tiba mereka memandang kampung halamannya dengan mata jeli? Sebab selama ini biasanya orang luarlah (baca: orang asing) yang menulis tentang kita. Seperti buku “ ATA KIWAN ” yang ditulis oleh Ernst Vatter, seorang anthropolog yang menulis panjang lebar tentang Flores, khususnya Lewoloba. Juga seorang Etnograf yang banyak menulis tentang adat - istiadat dan budaya Flores,

BELAJAR DARI SOE HOK GIE

Gambar
SOE HOK GIE (Mendiamkan Kesalahan adalah Kejahatan) Oleh Banda Balun (Yohanes M. V. Banda Balun) (Sumber Foto: Facebook Balun Miten Yoseph, 19 Agustus 2018)  “Kecil-kecil cabe rawit". Inilah pribahasa yang menurut saya cocok untuk menggambarkan buku yang sangat berkesan bagi saya. Buku ini mengajarkan kepada saya bahwa apapun posisinya, apapun jabatannya dan siapapun dia bila melakukan kesalahan entah sadar atau tidak, saya harus berani mengoreksinya. Bahkan lebih jauh dari itu saya harus berani menentangnya. Buku ini pun mengajarkan kepada saya bahwa seseorang yang pernah melakukan kesalahan, pada suatu titik tertentu dia pasti akan pada posisi benar dan dia juga mempunyai kesempatan untuk dibela. Tidak selamanya ia harus terus disalahkan bahkan dikucilkan karena kesalahan yang pernah ia buat. Buku ini menceritakan perjuangan seorang mahasiswa minoritas turunan Cina yang sedang berjuang di tengah mahasiswa mayoritas elite lainnya dan para guru serta ro