AKU DAN BUKU HARIANKU
Aku dan Buku Harianku
Oleh Helmy Tukan
Ingin kubuka lagi buku harianku. Di sana banyak kutemukan cerita-cerita usang - lama di tahun 2018. Ada cerita suka dan duka. Ada tangis ada canda tawa. Tahun 2018 punya banyak cerita. Kulalui dengan penuh syukur. Setiap detakan jam dinding yang selalu menemani setiap langkah kaki. Berpaut dengan segala aktivitas yang kujalani sebagai seorang guru dan tentunya seorang pendidik. Hari-hari berlalu bersama waktu dan peristiwa. Pagi mengawali hari yang penuh tanya mengakiri malam dan tidur di malam hari. Tahun 2018 ohhh..., tinggal beberapa jam lagi akan berlalu dan lembaran diaryku tiba pada bulan di awal-awal tahun.
Kisah Tahun 2018
Yah..., ketika itu di awal bulan februari, aku mendengar nama suatu organisasi profesi guru yaitu IGI (Ikatan Guru Indonesia). Aku mendapat informasi dari seorang guru senior di kampungku Waibalun, Pak Elfritz Teluma seorang guru senior di SMEA Lamaholot, sebuah sekolah kejuruan di Kota Larantuka. Pak Elfritz ketika itu pula mengajakku untuk bergabung dalam organisasi ini. Tanpa berpikir panjang lagi akupun segera mendaftar.
Satu bulan berikutnya IGI mengadakan kegiatan pelatihan menulis bagi para guru di kabupatenku. Dengan memperkenalkan kanal SAGUSAKU (Satu Guru Satu Buku) akupun terlibat langsung dalam kegiatan ini. Pada saat bersamaan aku bersama beberapa teman guruku dilantik menjadi pengurus IGI kabupaten Flores Timur. Selesai dilantik kamipun segera melaksanakan kegiatan inti yaitu pelatihan menulis yang dibawakan oleh para coach hebat IGI. Diantaranya Bu Noerbad, Bu Yulismar, dan Pa BHP Riau. Kesan pertama begitu menggoda bagiku. Jangan salah pikir dulu yah..., menggoda dalam hal ini adalah bahwa kegiatan ini benar membuatku tertarik.
Aku memang suka menulis dari masa SD dulu. Menulis puisi dan mengarang cerita liburan adalah jenis tulisan kesukaanku pada masa SD dulu. Kehadiran SAGUSAKU benar-benar menggairahkan. Semangat menulisku bangkit lagi. Keinginan-keinginanku untuk menulis berbagai halpun mulai hadir. Semangat para coach memang luar biasa, membuat kami para guru di kabupatenku untuk bisa menulis dan menulis. Kami sepertinya mendapatkan curahan air kesegaran dan big spirit dari mereka.
Akhir kata menggema pasrah, IGI menggema di seantero jagad Nusantara. IGI yang adalah sebuah organisasi guru yang independen telah melatih begitu banyak guru di seluruh Indonesia tanpa meminta sekeping rupiahpun dari Pemerintah dalam hal ini Dinas PKO. IGI dengan segala keterbatasan dana namun kaya akan sumber daya manusia. Di sini kita sebagai anggota dituntut untuk terus melatih dan mengembangkan diri dengan rela dan iklas tanpa paksaan. Kami hanya punya semangat untuk selalu memberikan yang terbaik bagi Anak Bangsa. Semoga di tahun 2019 ini, kita diberi semangat yang baru, menjadi pejuang pendidikan bagi anak-anak Bangsa, terkhususnya di kabupaten Flores Timur.
IGI menggeliat ke seantero jagad Nusantara, semoga semakin hari pendidikan Indonesia semakin maju. Salam Literasi!!!
Oleh Helmy Tukan
Ingin kubuka lagi buku harianku. Di sana banyak kutemukan cerita-cerita usang - lama di tahun 2018. Ada cerita suka dan duka. Ada tangis ada canda tawa. Tahun 2018 punya banyak cerita. Kulalui dengan penuh syukur. Setiap detakan jam dinding yang selalu menemani setiap langkah kaki. Berpaut dengan segala aktivitas yang kujalani sebagai seorang guru dan tentunya seorang pendidik. Hari-hari berlalu bersama waktu dan peristiwa. Pagi mengawali hari yang penuh tanya mengakiri malam dan tidur di malam hari. Tahun 2018 ohhh..., tinggal beberapa jam lagi akan berlalu dan lembaran diaryku tiba pada bulan di awal-awal tahun.
Kisah Tahun 2018
Yah..., ketika itu di awal bulan februari, aku mendengar nama suatu organisasi profesi guru yaitu IGI (Ikatan Guru Indonesia). Aku mendapat informasi dari seorang guru senior di kampungku Waibalun, Pak Elfritz Teluma seorang guru senior di SMEA Lamaholot, sebuah sekolah kejuruan di Kota Larantuka. Pak Elfritz ketika itu pula mengajakku untuk bergabung dalam organisasi ini. Tanpa berpikir panjang lagi akupun segera mendaftar.
Satu bulan berikutnya IGI mengadakan kegiatan pelatihan menulis bagi para guru di kabupatenku. Dengan memperkenalkan kanal SAGUSAKU (Satu Guru Satu Buku) akupun terlibat langsung dalam kegiatan ini. Pada saat bersamaan aku bersama beberapa teman guruku dilantik menjadi pengurus IGI kabupaten Flores Timur. Selesai dilantik kamipun segera melaksanakan kegiatan inti yaitu pelatihan menulis yang dibawakan oleh para coach hebat IGI. Diantaranya Bu Noerbad, Bu Yulismar, dan Pa BHP Riau. Kesan pertama begitu menggoda bagiku. Jangan salah pikir dulu yah..., menggoda dalam hal ini adalah bahwa kegiatan ini benar membuatku tertarik.
Aku memang suka menulis dari masa SD dulu. Menulis puisi dan mengarang cerita liburan adalah jenis tulisan kesukaanku pada masa SD dulu. Kehadiran SAGUSAKU benar-benar menggairahkan. Semangat menulisku bangkit lagi. Keinginan-keinginanku untuk menulis berbagai halpun mulai hadir. Semangat para coach memang luar biasa, membuat kami para guru di kabupatenku untuk bisa menulis dan menulis. Kami sepertinya mendapatkan curahan air kesegaran dan big spirit dari mereka.
Akhir kata menggema pasrah, IGI menggema di seantero jagad Nusantara. IGI yang adalah sebuah organisasi guru yang independen telah melatih begitu banyak guru di seluruh Indonesia tanpa meminta sekeping rupiahpun dari Pemerintah dalam hal ini Dinas PKO. IGI dengan segala keterbatasan dana namun kaya akan sumber daya manusia. Di sini kita sebagai anggota dituntut untuk terus melatih dan mengembangkan diri dengan rela dan iklas tanpa paksaan. Kami hanya punya semangat untuk selalu memberikan yang terbaik bagi Anak Bangsa. Semoga di tahun 2019 ini, kita diberi semangat yang baru, menjadi pejuang pendidikan bagi anak-anak Bangsa, terkhususnya di kabupaten Flores Timur.
IGI menggeliat ke seantero jagad Nusantara, semoga semakin hari pendidikan Indonesia semakin maju. Salam Literasi!!!
Waibalun, 01 Januari 2019
Komentar
Posting Komentar