Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2019

PERISTIWA WAIBALUN BUAT SI BUTET KARTARAJASA

Gambar
"Peristiwa Waibalun buat Si Butet Kartarajasa" ------ (Foto Butet Kartarajasa) ( Karolus Banda Larantukan) Peristiwa adalah rajutan dan tenunan kisah antara masa lalu, masa kini dan masa depan. Rajutan dan tenunan kisah itu adalah ungkapan kebenaran yang terus mengalir. Kebenaran yang tak berawal dan berujung, namun terus mengada. Peristiwa adalah rajutan dan tenunan kebenaran yang terus mengada. Maka, setiap peristiwa harus selalu dirayakan. Pun 'Peristiwa Waibalun buat Si Butet Kartarajasa', si monolog itu harus pula dirayakan. Peristiwa itu menenun dan merajut kisah tentang Waibalun. Menenun dan merajut kisah tentang masa lalu, masa kini dan masa depan tentang kampung 'Kecil tapi Besar' itu yakni Waibalun. Tenunan dan rajutan ini bukan sebuah romantisme masa lalu; bukan euforia masa kini; dan bukan imajinasi bahkan utopia masa depan. Melainkan sebuah rajutan dan tenunan yang mengalirkan serentak membuka tabir kebenaran, maka peristiwa itu harus

PRESIDEN JARINGAN KAMPUNG ITU???

Gambar
"Presiden Jaringan Kampung Itu?????" ---- ( Oleh Karolus Larantukan - TB Hutan 46 Waibalun) Nama adalah Tanda. Kata manusia-manusia negeri Latin, 'Nomen est Omen'. 'Nama' adalah sebuah pemberian dan 'Tanda' adalah sebuah pemilikkan. Nama adalah Tanda merupakan pemberian-pemilikkan. Maka, 'Presiden Jaringan Kampung' adalah Pemberian-Pemilikkan. Nama itu 'ada' serentak 'berada' hingga 'menjadi'. Nama 'Presiden Jaringan Kampung' bukanlah hal yang luar biasa. Itu hanya sebuah nama. Tapi, ingat bahwa nama itu ber-tanda. Ada sejuta tanda dalam nama tersebut. Ada sejuta kisah dalam nama tersebut. Ada sejuta simbol dalam nama tersebut. Dan ada sejuta jiwa-raga dalam nama tersebut. Saya mendengar nama tersebut pada 'Persamuhan Nasional Bakti Bangsa 2019', bertempat di Banten, tepatnya di Marllaba Convention Hotel Anyer. Singkat, bagi saya nama adalah pemberian sekaligus pemilikkan yang lumrah kepada set

DIPANGGIL UNTUK MENCINTAI KEBENARAN

Gambar
DIPANGGIL UNTUK MENCINTAI KEBENARAN ----- ( Oleh Pater Dr. Paulus Budi Kleden, SVD – Khotbah 50 Tahun STFK Ledalero ) Para Bapa Uskup, Bapa-Ibu, Saudara-saudariku yang terkasih dalam Kristus. Salah satu pengalaman yang sulit saya lupakan dari masa kerja saya sebagai dosen STFK Ledalero adalah ketika pada satu hari minggu di bulan Juli tahun 2009 bersama seorang rekan dosen saya menguji skripsi seorang mahasiswa. Ujian skripsi adalah hal yang lumrah dalam kehidupan seorang dosen terutama dalam periode Maret sampai Juli. Tetapi yang membuat ujian kali itu istimewa adalah mahasiswa yang kami uji tercatat sebagai mahasiswa semester ke empat belas (14) STFK dan dia sudah mengambil dua semester cuti yang diperbolehkan. Artinya itu semester terakhir baginya. Dan hari itu adalah hari minggu, keesokkan harinya hari senin saya harus memasukkan nilai skripsi dari para mahasiswa yang saya dampingi karena itu tuntutan dari STFK. Semester terakhir hari terakhir. Walaupun agak gugup karena

MALAM MINGGU

Gambar
"MALAM MINGGU" ------ ( Pena Dichky Kromen ) Malam Minggu.../ Malam dimana aku merasa terganggu/ Sungguh.../ Ini sungguh malam terburukku./ Di dalam kamar yang gelap lampu/ Kupeluk erat sebuah guling biru/ Dan kuharap dia berubah menjadi seorang Ratu/ Yang berdiri dengan hati perunggu/ Menanyakan "Ada apa denganmu?"/ Kumerasa cemburu/ Melihat kawan lamaku menghibur diri dengan kawan baru/ Mereka bercanda tawa/ Sedangkanku merasa pilu./ Aku seperti terpaku,/ Dan aku hanya bisa menunggu/ Akan hadirnya seorang Ratu/ Yang setia menghiburku/ Sampai akhir waktu./ Larantuka, 12 okt 2019

DUNIA GLOBAL DAN TEOLOGI KERAJAAN ALLAH

Gambar
DUNIA GLOBAL DAN TEOLOGI KERAJAAN ALLAH (Tanggapan terhadap Orasi Simon Rachmadi “Theologia in Loco di tengah Jalinan Antar-Peradaban,” STT Jakarta, 27 September 2019) Oleh Dr. Ignas Kleden Saya mengucapkan terima kasih atas undangan untuk hadir di sini pada kesempatan orasi hari ini, dan boleh memberikan tanggapan terhadap orasi yang baru saja kita dengar. Saya merasa orasi ini mencoba merumuskan suatu persoalan yang luas dan kebetulan menarik minat dan perhatian saya. Oleh karena itu saya tidak akan memberi tanggapan secara langsung kepada bagian-bagian orasi ini, karena orasi secara keseluruhan telah menimbulkan respons dalam pemikiran saya, mengenai apa yang patut kita usulkan menjadi kegiatan berteologi, khususnya di perguruan tinggi Indonesia, dengan mempertimbangkan perkembangan dunia sekarang, yang sedang mengalami globalisasi, sebagai suatu proses yang belum pernah dialami sebelum ini. Dengan demikian, apa yang akan saya kemukakan, lebih merupakan beberapa pikiran yang

ENHAI HARUS MATI!

Gambar
Enhai Harus Mati! ------ ( Cerpen Berrye Tukan ). Pak Nelis baru saja pulang dari Balai Desa malam itu. Ia disambut Si Enhai, anjing kampung berbulu coklat tebal, milik keluarga itu. Bu Nika masih sibuk melipat pakaian yang sedari sore sudah diturunkan dari jemuran di belakang rumah. Di dalam kamarnya, si kecil Noxan masih menyelesaikan beberapa nomor pekerjaan rumah matematikanya. “Bagaimana hasil rapatnya, pa?” tanya sang ibu menyambut. “Tidak ada pilihan lain bu,” jawabnya lemah. “Maksudnya?” Pak Nelis tak segera menjawab, dielusnya bulu Enhai yang tebal itu dengan kakinya. “Enhai harus ditembak, dia harus mati! Nanti akan ada petugas, ...” “Apa?” potong Noxan yang segera keluar dari kamarnya dan segera memeluk Enhai, anjing kesayangannya yang didapatnya dari tetangga mereka setahun silam. Nama Enhai sendiri adalah singkatan dari Endang dan Haris, dua teman Noxan saat masih bertetangga. Mereka kini sudah pindah ke kota tetangga setelah ayah mereka dipindahkan ke sana

NARASI PENGANTAR PELUNCURAN BUKU "GORESAN ANAK FAJAR"

Gambar
NARASI PENGANTAR PELUNCURAN BUKU “GORESAN ANAK FAJAR” SMAK ST. FRANSISKUS ASISI LARANTUKA Oleh Anselmus D. Atasoge Karya ini merupakan hasil goresan pengalaman harian para siswa-siswi FRANSAL yang boleh dianalogikan sebagai fajar yang mulai menyingsing tiap pagi di ufuk Timur bumi kita. Kami menyebut mereka sebagai ANAK-ANAK FAJAR. Karenanya, karya ini diberi judul GORESAN ANAK FAJAR. Melalui karya sederhana ini, anak-anak fajar FRANSAL membahasakan ‘dunianya’: fakta yang dijumpainya, pengalaman yang terbekas dalam ingatannya, peristiwa yang disaksikannya. Di dalamnya, MEREKA berusaha mengingat kembali KENANGAN KETIKA MELANGKAH AWAL DI TAMAN FRANSAL, juga pengalaman kejiwaannya yang lahir sebagai hasil kontemplasi atas fakta yang MEREKA JUMPAI, serentak menaruh impian tentang dunia mereka sekaligus menitipkan kerinduan mereka akan kecerahan masa depannya dan dunia pijakannya. Melalui karya ini, ANAK-ANAK FAJAR mencoba melukiskan dan mendefenisikan dunia mereka me