Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2019

AMANG TAK JADI MATI

Gambar
Amang Tak Jadi Mati Oleh Berrye Tukan* Amang baru turun dari mobil angkutan itu saat sore mulai pergi, meninggalkan malam yang mulai merambat naik di sepanjang jalan yang dilaluinya. Tas kumal berisi beberapa potong pakaiannya menggantung lemas di pundaknya. Cerita penumpang di dalam angkutan tentang tabrakan sepeda motor di kota sehari yang lalu masih tersisa di kepala Amang. “Wajahnya hancur! Tak bisa dikenali. Beruntung dia bawa KTP, jadi bisa dilacak sama polisi,” cerita salah seorang penumpang di dalam angkutan tadi. Jalanan selalu sepi di kampungnya saat menjelang malam begini. Tinggal beberapa ratus meter lagi Amang tiba di rumahnya. Namun pikirannya masih saja kalut. Khususnya bagaimana caranya menjelaskan pada sang istri tentang semua yang terjadi. Tentang sepeda motornya yang tak ia bawa pulang dan tentang kepulangannya yang tiba-tiba tanpa uang gaji. Namun, Amang harus pulang karena tak ada tempat lain lagi baginya untuk mengadu dan kembali. Wajah si kecil, Isna, yan

JIKA MAU MENGINGAT

Gambar
Jika Mau Mengingat Puisi Oleh Nestyn Maran Jika mau mengingat,/ Ingatlah kembali sewaktu kamu masih di gendong,/ dengan rasa takut kamu ingin berdiri sendiri./ Jika diingat lagi,/ Ingatlah kembali sewaktu engkau disuapi,/ engkau ingin melakukan itu sendiri./ Ingatlah yang waktu itu bersamamu itu Keluargamu./ Jikalau mengingat sekali lagi,/ sewaktu kamu diusia 5 tahun,/ yang mengajarimu tentang warnah atau pelangi,/ tentang Huruf atau tentang keluarga Budi,/ dan tentang angka atau 100 lidi yang diikat dengan karet./ Itu engkau bersama Guru./ Coba bayangkan sekarang,/ jika kamu sudah bisa berdiri sendiri,/ sudah mampu menyuapi dirimu sendiri./ Namun tanpa guru, kamu mungkin belum bisa semandiri sekarang./ Bahkan mungkin sekarang engkau kembali disuapi .../ Engkau mungkin memiliki banyak keluarga,/ tapi yang perlu engkau ingat,/ engkau punya sosok guru,/ yang kekhawatiran mereka begitu besar,/ tentang lingkungan di sekitar engkau,/ dan mereka banyak peduli tentang eng

PUISI dan DEKONSTRUKSI: PERIHAL SUTARDJI CALZOUM BACHRI

Gambar
Puisi dan Dekonstruksi: Perihal Sutardji Calzoum Bachri. Oleh I G N A S  K L E D E N Upaya dan perjuangan Sutardji Calzoum Bachri menerobos makna kata, menerobos jenis kata, menerobos bentuk kata, dan menerobos tata bahasa dapat dipandang sebagai percobaan melakukan dekonstruksi bahasa Indonesia secara besar-besaran dan memberi kemungkinan bagi konstruksi-konstruksi baru yang lebih otentik melalui puisi. Dalam sebuah esainya Sutardji menulis “ puisi adalah alibi kata-kata “. Dengan ungkapan itu dimaksudkan bahwa kata-kata dalam puisi diberi kesempatan menghindar dari tanggung jawab terhadap makna, yang dalam pemakaian bahasa sehari-hari dilekatkan pada sebuah kata sebagai tanggungan kata tersebut. Sebuah kata, dalam pemikiran Sutardji, diberi beban makna oleh berbagai kekuatan, yang dalam proses selanjutnya tidak mau bertanggung jawab lagi tentang makna yang mereka berikan dan memindahkan tanggung jawab tersebut pada kata yang telah diasosiasikan dengan makna tertentu. A