Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

NATAL DI PELABUHAN KECIL

Gambar
Natal di Pelabuhan Kecil (Foto by Berrye Tukan) Cerpen by Berrye Tukan. Natal sudah tinggal hitungan hari, namun Lia masih belum merasakan suasana Natal seperti di kampung halamannya. Ya, tidak seperti di kampung, suasana Natal di kota besar memang berbeda. Beberapa tahun yang lalu, di kota ini suasana Natal masih terasa meski cuman ada di supermarket dan mall, yang lengkap dengan ornamen berwarna merah dan biru, pohon dan lampu Natal serta boneka Santa Claus yang menggantung dan terpampang hampir di setiap sudut tempat perbelanjaan. Para penjaga toko dan gerai makanan pun bertopikan Santa Claus berbentuk kerucut berwarna merah putih. Namun sejak dua tahun terakhir, ornamen bercirikan Natal itu sudah dilarang untuk dipasang gara-gara ada pihak yang merasa keberatan. Entahlah apa maksudnya? Lia memang tak peduli tentang larangan itu, toh Natal tetap berjalan seperti biasa, tidak dapat dibatalkan, pikirnya. Teringat pada kampungnya, pasti suasana Natal sudah begitu terasa bah

LELAKI DI MALAM 'SOLE OHA'

Gambar
Lekaki di Malam 'SOLE OHA' (Foto: Berrye Tukan) Cerpen Berrye Tukan* “Di samping kamu itu saya, Mel. Tidak ada orang lain lagi,” tegas Anna. “Bukan Anna. Awalnya memang kamu di samping saya. Tapi saat dolo * sudah di tengah jalan, ada satu bapak tua masuk antara kita. Dia pegang tangan kanan saya. Saya di sebelah kirinya, dan kamu di sebelah kanannya,” balas Imel. “Dengar ya! Sampai dolo selesai, disambung dengan Sole Oha*, kamu tetap di samping saya, tidak ada bapak atau siapapun yang masuk di antara kita. Kamu jangan ngawur Imel!” balas Anna lagi. “Pokoknya, saya yakin seyakin-yakinnya bahwa ada satu bapak tua yang ada di antara kita. Badannya besar kekar, tinggi, rambut agak lebat, pake jaket hitam, celana kain berwarna gelap, dia juga ikut berpantun beberapa kali,” tambah Imel lagi. Imel dan Anna terus saja berdebat tentang sesosok lelaki yang ikut bersama keduanya dan warga kampung lainnya dalam Dolo-dolo dan Sole Oha beberapa malam lalu di Karing, tempat penu

AMANG TAK JADI MATI

Gambar
Amang Tak Jadi Mati Oleh Berrye Tukan* Amang baru turun dari mobil angkutan itu saat sore mulai pergi, meninggalkan malam yang mulai merambat naik di sepanjang jalan yang dilaluinya. Tas kumal berisi beberapa potong pakaiannya menggantung lemas di pundaknya. Cerita penumpang di dalam angkutan tentang tabrakan sepeda motor di kota sehari yang lalu masih tersisa di kepala Amang. “Wajahnya hancur! Tak bisa dikenali. Beruntung dia bawa KTP, jadi bisa dilacak sama polisi,” cerita salah seorang penumpang di dalam angkutan tadi. Jalanan selalu sepi di kampungnya saat menjelang malam begini. Tinggal beberapa ratus meter lagi Amang tiba di rumahnya. Namun pikirannya masih saja kalut. Khususnya bagaimana caranya menjelaskan pada sang istri tentang semua yang terjadi. Tentang sepeda motornya yang tak ia bawa pulang dan tentang kepulangannya yang tiba-tiba tanpa uang gaji. Namun, Amang harus pulang karena tak ada tempat lain lagi baginya untuk mengadu dan kembali. Wajah si kecil, Isna, yan

JIKA MAU MENGINGAT

Gambar
Jika Mau Mengingat Puisi Oleh Nestyn Maran Jika mau mengingat,/ Ingatlah kembali sewaktu kamu masih di gendong,/ dengan rasa takut kamu ingin berdiri sendiri./ Jika diingat lagi,/ Ingatlah kembali sewaktu engkau disuapi,/ engkau ingin melakukan itu sendiri./ Ingatlah yang waktu itu bersamamu itu Keluargamu./ Jikalau mengingat sekali lagi,/ sewaktu kamu diusia 5 tahun,/ yang mengajarimu tentang warnah atau pelangi,/ tentang Huruf atau tentang keluarga Budi,/ dan tentang angka atau 100 lidi yang diikat dengan karet./ Itu engkau bersama Guru./ Coba bayangkan sekarang,/ jika kamu sudah bisa berdiri sendiri,/ sudah mampu menyuapi dirimu sendiri./ Namun tanpa guru, kamu mungkin belum bisa semandiri sekarang./ Bahkan mungkin sekarang engkau kembali disuapi .../ Engkau mungkin memiliki banyak keluarga,/ tapi yang perlu engkau ingat,/ engkau punya sosok guru,/ yang kekhawatiran mereka begitu besar,/ tentang lingkungan di sekitar engkau,/ dan mereka banyak peduli tentang eng

PUISI dan DEKONSTRUKSI: PERIHAL SUTARDJI CALZOUM BACHRI

Gambar
Puisi dan Dekonstruksi: Perihal Sutardji Calzoum Bachri. Oleh I G N A S  K L E D E N Upaya dan perjuangan Sutardji Calzoum Bachri menerobos makna kata, menerobos jenis kata, menerobos bentuk kata, dan menerobos tata bahasa dapat dipandang sebagai percobaan melakukan dekonstruksi bahasa Indonesia secara besar-besaran dan memberi kemungkinan bagi konstruksi-konstruksi baru yang lebih otentik melalui puisi. Dalam sebuah esainya Sutardji menulis “ puisi adalah alibi kata-kata “. Dengan ungkapan itu dimaksudkan bahwa kata-kata dalam puisi diberi kesempatan menghindar dari tanggung jawab terhadap makna, yang dalam pemakaian bahasa sehari-hari dilekatkan pada sebuah kata sebagai tanggungan kata tersebut. Sebuah kata, dalam pemikiran Sutardji, diberi beban makna oleh berbagai kekuatan, yang dalam proses selanjutnya tidak mau bertanggung jawab lagi tentang makna yang mereka berikan dan memindahkan tanggung jawab tersebut pada kata yang telah diasosiasikan dengan makna tertentu. A