Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

"SEPERTI DIKANDUNG DAN DILAHIRKAN"

Gambar
Seperti Dikandung dan Dilahirkan Oleh Karolus Banda Larantukan* “Goe tulen, go’ tulen tue/ Goe tulen kiwan, tulen watan/ A di go’ tulen, a di go’ tulen” . Saya mengutip semboyan Lambertus Tulen Hadjon untuk membuka ceritera, kisah dan peristiwa hadirnya buku “Lambertus Tulen Hadjon”. Kutipan ini hanya mau menegaskan bahwa keseluruhan kisah hidup Lambertus Tulen Hadjon yang dikisahkan dalam buku ini dijiwai oleh semboyan di atas. Bahwa keseluruhan perjalanan kehidupannya sesungguhnya bertolak dan berproses serta bermuara pada semboyan di atas. Namun pada kesempatan ini saya tidak akan menukik terlalu dalam mengenai isi buku ini, melainkan saya akan menceritakan bagaimana buku ini berproses hingga menjadi hadir di hadapan kita sekalian hari ini. Saya memberi judul kisah proses hadirnya buku ini dengan judul: “seperti dikandung dan dilahirkan”. Ini sekedar mau mengatakan bahwa kehadiran buku sejak awal hingga dicetak dan diterbitkan memakan waktu tepat sembilan bulan, dari bulan februari

Tapak-Tapak Pengalaman Menuju Tuhan Menurut Kierkegaard dan Marcel (untuk: Leo Kleden, SVD)

Gambar
Tapak-Tapak Pengalaman Menuju Tuhan Menurut Kierkegaard dan Marcel (untuk: Leo Kleden, SVD) Oleh Gusti Tetiro Posted by gustiadisite 28 Jun 2020 Posted in Tak Berkategori   (Esai ini adalah hasil ringkasan bebas atau saduran yang saya buat atas suatu tulisan  Thomas C Anderson  yang tampil di salah satu edisi  Philosophy Today  untuk keperluan suatu diskusi sebuah kelompok peminat filsafat di Jakarta. Tulisan ini kemudian saya baca ulang dan publikasikan di  blog  pribadi ini tepat pada Hari Ulang Tahun ke-70 Pater  Dr Leo Kleden SVD , mantan dosen Filsafat Ketuhanan di STFK Ledalero.  Pater Leo  adalah seorang pengajar filsafat yang sangat atraktif dan inspiratif. Di kelas Filsafat Ketuhanan, beliau memperkenalkan banyak filosof dari atheisme  Feuerbach, Marx, Freud dan Nietzsche  hingga pembuktian tentang Tuhan dari  Thomas Aquinas, John Henry Newman, Henri Bergson  hingga  Karl Jaspers . Nama  Kierkegaard  dan  Marcel  tidak banyak disebut, maka saya pikir ini sebuah kebetulan untuk

WARISAN ARIEF BUDIMAN: GAIRAH AKAN AKTIVISME AKADEMIK DAN SOSIAL

Gambar
WARISAN ARIEF BUDIMAN: GAIRAH AKAN AKTIVISME AKADEMIK DAN SOSIAL ( Arief Budiman (JP/File)) Ignas Kleden* - Jakarta / Sabtu, 25 April 2020 / 09:28 pagi Sosiolog Universitas Melbourne Arief Budiman meninggal pada hari Kamis. Dia diketahui menderita penyakit Parkinson sejak 2014. Pada saat itu, dia berhenti membaca koran dan menonton TV, yang dia sukai bertahun-tahun sebelumnya. Dia dirawat di rumah sakit untuk pasien non-COVID-19 di dekat kota Salatiga, Jawa Tengah, tempat Arief dan keluarganya tinggal. Dengan persetujuan anggota keluarganya, pemakamannya dilakukan sesuai dengan protokol darurat. Berbicara secara metaforis, ketika ia berusia 79 tahun (1941 hingga 2020), Arief menampilkan Endgame karya Samuel Beckett. Kehidupan Arief Budiman dapat dibagi ke dalam periode kegiatan akademik dan keterlibatannya dalam aktivisme sosial dan politik. Pada pertengahan 1960-an ia sangat aktif dalam mengorganisir protes antipemerintah, dan pada tahun 1971 ia bergabung dengan oposi

PESAN PASKAH TAHUN 2020

Gambar
Pesan Paskah Tahun 2020 Pater Dr. Paulus Budi Kleden, SVD* Oleh P. Dr. Paulus Budi Kleden, SVD - Superior General SVD Sama saudara/i yang terkasih, Saat ini kita berada dalam Pekan Suci, kesempatan spesial untuk merefleksikan dan merayakan cinta Tuhan untuk kita yang termanifestasi dalam hari-hari terakhir Yesus Tuhan yang memuncak pada kebangkitan-Nya. Tahun ini kita rayakan pekan suci dalam cara yang tidak biasa karena pandemi covid-19. Hampir sebagian umat katolik di seluruh dunia merayakan sengsara, wafat dan kebangkitan Yesus tidak di gereja seperti biasanya tapi terkurung dalam rumah mengikuti liturgi online. Dengan atau tanpa perayaan yang seperti biasanya, adalah sangat penting untuk ambil kesempatan merefleksikan pesan penting dari misteri paskah Yesus. Dengan menjelma menjadi manusia, Putera Allah bersolider dengan kita, termasuk kerapuhan, kerentanan, dan ketidakpastian. Hidup kita, kerapuhan kita pastinya tidak bisa kita atasi dengan kekuatan dan strategi kita send

BERUJUNG DAN BERAWAL DI SELAT GONZALU

Gambar
Berujung Dan Berawal Di Selat Gonsalu Oleh Dr. Paul Budi Kleden, SVD* Selat itu sebenarnya sangat sempit. Orang bertutur, kokok ayam di pantai seberang, di Adonara, dapat didengar dari pesisir selatan di ujung Flores itu. Karena dekatnya, pernah terdengar ada mimpi seorang bupati untuk membangun jembatan penyeberangan. Namun, selat itu sudah selalu dikenal karena arusnya yang kencang. Para pelaut pesisir itu sudah terbiasa untuk dengan cermat memperhitungkan dengan cara tradisional, kapan boleh menyeberang dan kapan harus bersabar menanti. Dulu sering terdengar kapal yang harus putar haluan kembali ke pelabuhan Larantuka karena tidak berani mengambil resiko menyeberangi arus yang kencang itu. Di selat Gonsalu di perairan Kota Sau itu hidup sebelas anak manusia menemukan akhirnya pada tanggal 18 April yang lalu. Mereka hendak mengikuti ziarah bersama Tuan Menino, Yesus. Sebelum ziarah bunda yang berduka dan Yesus yang wafat dimulai, ziarah hidup mereka sudah mesti berakhir d

KEBANGKITAN HATI

Gambar
Kebangkitan Hati (Renungan Harian, Selasa 31 Maret 2020 - Bilangan 21:4-9) Oleh P. Erik Ebot, SVD* Bacaan pertama dari Kitab Bilangan mengisahkan  rute perjalanan Bangsa Israel keluar dari Mesir. Perjalanan begitu panjang, melelahkan, penuh kecemasan dan ketakutan akan kondisi yang tidak pasti. Kondisi bangsa Israel yang demikian melahirkan kekecewaan. Kekecewaan ini pula membantu melahirkan pertentangan terhadap Musa. Melawan Musa berarti pula menentang kehendak Allah. Saat ini kita juga menemukan diri kita berada dalam ketakutan dan kecemasan seperti bangsa Israel yang merasa Allah menjauh dari hidup mereka. Perasaan seperti ini lahir dari nostalgia kenyamanan semu hidup yang mereka dapatkan selama berada di Mesir. Di Mesir meski bangsa Israel di jajah, mereka masih bisa makan enak, sedangkan bersama Allah di tengah ketiadaan dalam perjalanan hidup mereka terancam binasa. Seperti bangsa Israel, kita juga bernostalgia dengan kenyamana hidup kita sebelum virus corona ini mun

HIDUP SETELAH CORONA

Gambar
Hidup Setelah Corona Oleh P. Eric Ebot, SVD Saya membaca status seorang netizen hari ini di facebook, isi statusnya kurang lebih tentang kapan ini virus Corona berakhir: " Sudah lebih dari seminggu hanya tinggal di rumah dan waktu ini terasa lama sekali. Bosan dan jenuh. Mau kembali ke kehidupan normal." Saya cukup tertegun membaca status ini.  Bukannya mau menghakimi, tapi pertanyaan yang muncul adalah kehidupan normal apa yang mau dijalankan? Apakah kehidupan yang biasa-biasa saja, apakah kehidupan normal itu adalah mengulangi kebiasaan-kebiasaan yang buruk yang sudah dan akan dilakukan: manusia membunuh sesama manusia, manusia merusakkan bumi dengan serampangan.  Atau para politis membuat kebijakan yang menyingkirkan rakyat dan lingkungan hidup dengan pembangunan-pembangunan yang berpihak kepada melulu kepentingan investor. Atau kembali ke kehidupan normal itu adalah mengusahakan hal-hal yang baik, hal-hal yang cukup penting untuk membuat hidup ini punya fungsi un