Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2019

LAGE AE NIKU KOLA

Gambar
LAGE AE NIKU KOLA ( Tribute Untuk Almarhum Bapak Bernardus Kudi Balun – Raja Tuan Lewo Waibalun ) ------ Oleh Karolus Banda Larantukan* Sabtu, 27 Juli 2019 bertempat di rumah sakit Hillers Maumere, Bapak Bernardus Kudi Balun – Raja Tuan Lewo Waibalun dipanggil Tuhan dalam usia 62 tahun. Lewo Waibalun berduka atas kepergian beliau. Ucapan duka mengalir penuh di berbagai status facebook. Ata Waibalun di mana pun berada mengucapkan belasungkawa tak berhingga. Kidung duka ini seakan menghentak budi dan hati Ata Waibalun di mana mereka berada. Berita duka ini seakan menjadi menarik kembali Ata Waibalun untuk berhenti sejenak mengheningkan cipta untuk Lewo Waibalun. Berita duka ini pun seakan menjadi nazar yang menguatkan dan menyatukan Ata Waibalun di mana pun berada untuk mengingat, mencintai dan tidak melupakan Lewo – Kampung Halamannya. Berita duka ini, bagi saya adalah madah Lewo Waibalun: “Lage Ae Niku Kola” (baca: melangkah maju, menoleh ke belakang). Oleh karena itu, saya pe

TERIMA KASIH PARA PENJAGA HIDUP

Gambar
Terima Kasih Para Penjaga Hidup ------------ Oleh Berrye Tukan* Seorang perawat muda membuka pintu ruang operasi. Setelah menyebutkan nama pasien, dia menatap kami, dan kami pun melangkah menuju ke arahnya. “Pasien sudah selesai dioperasi. Keluarga silahkan menunggu di depan ruang ICU”, ujarnya lembut dengan wajah yang penuh senyum. “Oh, terima kasih ya kaka”, balas kami. Kami melangkah menuju ke depan ruangan ICU yang jaraknya hanya beberapa meter saja. Ruangan ICU masih tertutup rapat. Kacanya putih buram sehingga kami tak dapat melihat ke dalam, pun sebaliknya. Beberapa kertas berisi pengumuman tentang jam berkunjung tertempel di depannya. Lima, sepuluh, hingga lima belas menit berlalu, namun pintu belum terbuka juga. Kami was-was. Akankah semuanya baik-baik saja? Semua mata menatap penuh cemas pada dua bilah pintu ICU. “Sebaiknya kita berdoa saja dulu", cetus salah satu dari kami. “Ya, sebaiknya". Lalu kami berkumpul setengah melingkar. Doa pun terucap. Sy

JULI

Gambar
"JULI" --- Puisi Oleh Magdalena Eda Tukan* Hidup tak sebatas rasa jatuh cinta, materi, dan hasrat darah muda./ Lalu pada akhirnya kau hanya perlu percaya pada dirimu sendiri./ Menyimpan pilu dan perih./ Tumbuh dewasa./ Bahagia dengan apa yang dipilih./ "JULI"!!!/ Badai apa yang harus dilewati?/ Bahagia macam apa yang akan kau bagi?/ Ruang Privat Awal Juli 2019 (Foto: Magdalena Eda Tukan, Facebook, 1 Juli 2019)

MENTALITAS TEKNOPOLITIS

Gambar
Mentalitas Teknopolitis Written By ansel-boto.blogspot.com on Wednesday, July 17, 2019 | 12:11 AM Oleh Ignas Kleden Sosiolog & Chairman Komunitas Indonesia untuk Demokrasi SUDAH jadi pengetahuan umum bahwa seorang menteri dalam kabinet ditugasi memimpin suatu kementerian teknis. Berarti, seorang menteri perhubungan atau keuangan, diandaikan punya pengetahuan dan keahlian menyangkut soal-soal teknis dalam kementerian bersangkutan. Namun, kedudukan tiap menteri adalah suatu posisi politis dan bukan sekadar posisi teknis. Alasannya, posisi menteri bukanlah akibat peningkatan karier seseorang dalam birokrasi. Seorang menteri adalah  political appointee , dapat jabatan menteri bukan melalui pemilihan atau jenjang karier, tetapi penunjukan dan pengangkatan oleh presiden yang memberinya penugasan dan tanggung jawab politik. Setelah Mahkamah Konstitusi mengesahkan kemenangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin, berkembang diskusi bagaimana sebaiknya komposisi menteri

KELIRU

Gambar
KELIRU ---- ( photo  by: Tomomi Yokosuka) Oleh Nestyn Maran Sempat ingin kusemaikan rindu pada malam./ Pada rebaan cahaya yang dimiliki bintang dan bulan./ Aku terjebak  pada rebaan malam ini,/ yang menghasut fajar agar tetap terkurung di dalam  sangkarnya./ Aku mengadu pada malam tentang kelirunya kita dan polosnya desa./ Tentang bagaimana peristiwa ini bisa serumit ini, yang membuat malam mengirim pesan lewat jangkrik agar semua menjadi semakin sukar./ Tak tahulah malam pada saat ia hendak membentang, si anak moderen berarakan menentang peraturan?/ Tentang peristiwa kini, yang mengancam hak hidup seseorang yang membuat peraturan itu menjadi ada?/ Bagaimana jika tubuh Soekarno masih menghiasi dinding robot buatan anak negeri?/ Mungkin satu dari 5 sasaran peluru adalah Beliau!!!/ Dalam jebakan malam ini, ada angan yang membayang: Mungkinkah Soekarno unggul kembali pada tanah ibu pertiwi?/ Atau kita ingin menyaksikan sendiri bagaimana Herman Fernandez memboyong

ANTARA AKU, DUA WANITA DAN 'PEER GYNTS'

Gambar
Antara Aku, Dua Wanita dan ' Peer Gynts ' ---- Cerpen oleh Berrye Tukan Larantuka, aku kembali lagi setelah hampir lebih dari lima tahun aku tak kembali ke sini. Ternyata banyak yang tak berubah. Semua hampir sama saja. Kota kecil nan tua dengan segala kesibukkannya. Dari pelabuhan dengan sampah yang masih menggenang kala kapal-kapal kayu dari seberang mampir. Taman kota yang masih nampak bersih dan terawat. Kemacetan-kemacetan kecil yang semakin menjadi di kawasan pertokoan akibat kendaraan yang diparkir bebas dan material bangunan yang teronggok di pinggir trotoar. Serta gereja Katedral dengan tembok pembatas yang dibangun semakin tinggi. Kalau bukan karena ibu, mungkin aku tak kembali ke Larantuka secepat ini. “ Pulanglah sebentar nak. Bapa sudah tiada, ibu hanya punya kamu. Kakak-kakakmu sudah menikah dan tinggal di tempat lain, sementara ibu hanya ditemani Nina ,” rayu ibu untuk sekian kalinya, yang akhirnya membuat aku kalah dan sejenak pulang ke sini dengan m

TERIMAKASIH DALAM SYUKUR

Gambar
TERIMAKASIH  DALAM  SYUKUR ----- Oleh Hermien Y. Kleden Tepat sebulan lalu,saya menulis sebuah  tribut  pendek di laman ini  untuk menyampaikan selamat jalan  bagi  Kakak Maria  Fatima Kleden – Samon,  sekandung  kami  nomor sepuluh,  isteri, ibunda tiga putra-putri,  kekasih keluarga,  yang mangkat pada awal  Juni  lalu. Berangkat ke Waibalun dan Adonara, Flores Timur,  untuk  membuat persiapan awal bagi   Yubileum Pancawindu  Imamat Pater Leo Kleden SVD, sekandung kami nomor enam, Tuhan berkenan  membawa Kak Maria,  kembali “pada waktuNYA’  ke dalam keabadian. Hari-hari perkabungan bergerak perlahan, dan  kami sekeluarga  kini  bertegak kembali,  melanjutkan perjalanan semata-mata atas  berkat Tuhan. Dalam tradisi  Lamaholot – Waibalun ada sebuah  kata yang yang melukiskan adat perkabungan: do. Ya,  do  -- sesingkat itu, dan seluas itu pula pengertian  yang dikandungnya, tentang “berjalan  bersama yang pergi”.  Do, adalah tanda berkabung,  to mourn  over someone who has  pa