"SAMPAI SEBELUM TIBA"

 "SAMPAI SEBELUM TIBA"

(Asesmen Lapangan Ban-PT - Institut Keguruan dan Teknologi Larantuka)


Oleh Karolus Banda Larantukan


Di tanggal 01 hingga 02 Februari 2023, Institut Keguruan dan Teknologi Larantuka (IKTL) mendapat kunjungan dari Tim Asesmen Lapangan Ban PT. Ini untuk pertama kalinya, IKTL diakreditasi secara kelembagaan - Institusi. Sebuah langkah terobos yang berani dan perlu diapresiasi. 

Dalam segala keterbatasan, lembaga ini memberanikan diri untuk dinilai oleh Ban PT, agar sekiranya memperoleh kelayakan sebagai sebuah lembaga Perguruan Tinggi Swasta dalam mencerdaskan anak bangsa. Keberanian ini tentunya dilandasi dengan tekad dan pijakan yang siap untuk dikukuhkan, demi masa depan lembaga ini nantinya. Tekad dan pijakan yang siap dikukuhkan ini pun memberikan cahaya baru penuh kepastian bagi Puan dan Tuan yakni Mahasiswa-mahasiswi IKTL. 

Bahwa sesungguhnya, satu-satunya Institusi Perguruan Tinggi di Kota Reinha Larantuka - Tana Lewo Nama, merupakan satu-satunya harapan baru masa depan generasi Lamaholot. Dua Fakultas di IKTL yakni Fakultas Teknologi dan Fakultas Keguruan, mau menunjukkan keseimbangan antara Akal dan Budi. IKTL mengasah kemampuan teknik sekaligus menanam kemampuan human; mengolah kecerdasan intelektual serentak kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual; menajamkan kemampuan kognitif serentak kemampuan psikomotorik dan kemampuan afeksi.

Teknologi dan Keguruan pada IKTL juga merupakan jawaban untuk tantangan era 4.0 menuju era 5.0. Mengikuti perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serentak mendidik jati diri manusia. Merayakan era digital sekaligus menghidupi kemanusiaan.  IKTL tampil untuk melahirkan generasi yang melek pada teknologi serentak peka terhadap kemanusiaan.

IKTL dan Budaya

Tim Asesmen Lapangan Ban-PT yang dijemput di gerbang masuk IKTL, Rabu 01 Februari 2023 - PKL. 08.00 WITA, disuguhi seremoni adat Lamaholot - Lewuk Belen Waibalun. Sapaan adat dalam bahasa Lamaholot - Waibalun, menghadirkan keheningan di kompleks IKTL.

IKTL menampilkan diri sebagai lembaga akademis intelektual tanpa meninggalkan nuansa budaya. Suguhan sirih-pinang, arak dan rokok dari anyaman lontar menjadi simbol penerimaan secara budaya. Tarian Hedung pun turut serta mengantar Tim Asesmen Lapangan menuju pelataran IKTL. Sebuah pertunjukkan kearifan lokal yang perlu dipupuk dan dirawat tentunya di sebuah lembaga akademik intelektual seperti IKTL. 

Menatap jauh ke depan tentang lembaga akademik intelektual  IKTL dengan menjunjung kebudayaan adalah sebuah bentuk merawat identitas. Bahwa IKTL lahir dari rahim Tana Waibalun dan akan dipersembahkan untuk Flores Timur, NTT, Indonesia dan dunia. Identitas ke-lamaholot-an perlu dijaga, agar tidak mudah goya oleh terpaan zaman. Sekaligus merangkul kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai identitas baru berbasis Lamaholot. 

SAMPAI SEBELUM TIBA 

Asesmen Lapangan Ban-PT adalah sebuah bentuk perhatian, kepedulian, kepercayaan terhadap Lembaga IKTL. Dan ini perlu diapresiasi dan didorong demi kemajuan IKTL. Kegiatan berjalan aman dan baik seharian, 01 Februari 2023. 

Nampak raut wajah penuh kecemasan namun sekaligus pengharapan, baik oleh Tim Asesmen maupun bagi Civitas Akademika IKTL. Namun komunikasi yang apik membuat suasana menjadi tenang dan akrab. Komunikasi itu menjadikan IKTL sebagai rumah bersama, baik untuk Civitas Akademika IKTL maupun bagi Tim Asesmen Lapangan Ban-PT.

Perihal 'rumah', Mgr. Henricus Leven, SVD - Pendiri CIJ dan Pelindung Lembaga IKTL, pernah berucap: "Rumahmu adalah rumahku, rumahku itulah rumahmu". Dalam keyakinan ini pulahlah, kegiatan ini diyakini berjalan penuh keharmonisan.

Di akhir sebelum penutupan, Tim Asesmen Lapangan Ban-PT memberikan kesan dan pesan penuh makna. Ketua Tim, Pak Dr. Rohmadi (Universitas Sebelas Maret) memberikan semacam pandangan, yang boleh saya sebut 'Filosofi Bambu':

"Belajarlah dari pohon bambu. Pohon bambu itu akan mengakar kuat ke dalam tanah sebelum ia tumbuh. Jika akarnya sudah kuat maka ia akan mulai tumbuh dan bertumbuh bersama dalam rumpun yang kuat. Dan dia akan tumbuh menjulang tinggi. Dan apabila ia sudah menjulang tinggi, ia akan merunduk. 

Seperti itulah IKTL, harus mengakar, membuat fondasi yang kuat, saling mendukung dalam rumpun kebersamaan sebagai lembaga. Dan nantinya kita yakin pasti akan tumbuh menjulang. Tapi jika sudah menjulang, ingatlah untuk merunduk, rendah hati: IKTL pasti jaya untuk Nusa dan bangsa serta dunia".

Berikutnya Pak Dr. Iqbal dari Universitas Hasanuddin Makassar, memberikan kesan dan pesannya. Beliau mencoba melihat dari sisi yang lain. Baginya belajar dari orang yang kita jumpai lebih memperkaya diri. Saling mendengarkan bersama tokoh masyarakat, pihak pemerintah, para kepala sekolah, alumni dan mahasiswa membuatnya memiliki pandangan yang lebih dari apa yang dimilikinya kini.

"Saya mencoba melihat dari sisi yang lain. Bahwa di sini ada bahasa Lamaholot dan bagi saya itu sebuah kekayaan. Kita bisa membuat aplikasi berbahasa Lamaholot kemudian diterjemahkan ke bahasa Indonesia dan kemudian diterjemahkan ke bahasa Inggris. Itu sangat kaya. 

Terkadang kita perlu sedikit keluar dari SOP yang ada, tanpa harus meninggalkannya. Kita perlu kreatif mengolah kurikulum tanpa harus meninggalkan kurikulum. 

Dan kreativitas itu perlu imajinasi, perlu banyak berkhayal untuk berani mewujudkan. Oleh karenanya untuk berimajinasi, setidaknya kita perlu membaca novel (karya fiktif), karena di dalamnya termuat banyak sekali kreatifitas dan imajinasi melampaui sesuatu yang biasa-biasa saja. 

Oleh karenanya, saya hanya mau menegaskan, kita perlu: Menajamkan akal sehat, memperhalus perasaan, dan menumbuhkan kebijaksanaan".

Dr. Iqbal sesungguhnya yakin bahwa semua itu mampu diwujudkan apabila kita menempatkan hati terlebih dahulu daripada akal. Beliau ingat akan pesan orang tuanya bila hendak berpergian, yakni: "SAMPAI SEBELUM TIBA".

Hati harus lebih dahulu sampai sebelum kita tiba tuk berjumpa secara fisik. Dalam komunikasi yang terpenting maksud tersampaikan dan itu membutuhkan keakraban hati. 

Keakraban itulah yang kini dihidupi oleh IKTL, dengan berpedoman pada kata-kata Mgr. Henricus Leven SVD: 

"Rumahmu adalah rumahku, rumahku itulah rumahmu".


Salam

Waibalun, 03 Februari 2023

Komentar

  1. Luar biasa, semoga ke depan IKTL mampu menjiwai 'titipan' pesan singkat dari para asesor yang luar biasa ini.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

WAIBALUN - JATI DIRI

LAGE AE NIKU KOLA