PERISTIWA WAIBALUN BUAT SI BUTET KARTARAJASA
"Peristiwa Waibalun buat Si Butet Kartarajasa"
------
(Karolus Banda Larantukan)
Peristiwa adalah rajutan dan tenunan kisah antara masa lalu, masa kini dan masa depan. Rajutan dan tenunan kisah itu adalah ungkapan kebenaran yang terus mengalir. Kebenaran yang tak berawal dan berujung, namun terus mengada. Peristiwa adalah rajutan dan tenunan kebenaran yang terus mengada. Maka, setiap peristiwa harus selalu dirayakan. Pun 'Peristiwa Waibalun buat Si Butet Kartarajasa', si monolog itu harus pula dirayakan.
Peristiwa itu menenun dan merajut kisah tentang Waibalun. Menenun dan merajut kisah tentang masa lalu, masa kini dan masa depan tentang kampung 'Kecil tapi Besar' itu yakni Waibalun. Tenunan dan rajutan ini bukan sebuah romantisme masa lalu; bukan euforia masa kini; dan bukan imajinasi bahkan utopia masa depan. Melainkan sebuah rajutan dan tenunan yang mengalirkan serentak membuka tabir kebenaran, maka peristiwa itu harus dirayakan.
Waibalun, kampung 'Kecil tapi Besar itu' merajut peristiwa gunung Ile Mandiri, menenun kisah pulau Nuha Waibalun dan mengada kebenaran Lewo Belen Waibalun. Waibalun, Lewo Belen itu menenun dan merajut Kedike (baca: orang) Waibalun untuk menjadi Atadiken (baca: manu sia baik) Waibalun. Atadiken Waibalun itu pun dirajut dan ditenun di atas filosofi 'Lage Ae Niku Kola' (baca: melangkah maju menengok ke belakang). Maka, peristiwa Waibalun adalah rajutan serentak tenunan tentang Atadiken Waibalun. Dan dengannya harus dirayakan.
Hari ini, Senin 28 Oktober 2019, bertempat di serambi Marbella Convention Hotel, dalam kisah 'Persamuhan Nasional Bakti Bangsa 2019', 'Peristiwa Waibalun' itu dipersembahkan buat Si Butet Kartarajasa, Sang Seniman Indonesia itu. Saya yakin sekali bahwa Doro Butet tak punya kisah bahkan mimpi tentang Waibalun dan peristiwanya. Saya yakin telinganya belum pernah mendengar tentang Waibalun dan peristiwanya. Saya yakin imajinasinya pun belum menyentuh tentang Waibalun dan peristiwanya. Tapi, saya yakin 'Peristiwa Waibalun' itu akan membuat telinganya jauh mendengar serentak menyentuh imajinasinya. Tapi saya percaya, bahwa 'Peristiwa Waibalun' itu akan merajut jiwanya serentak menenun rasanya. Dan pada akhirnya 'Peristiwa Waibalun' itu mengada dan menyuarakan serentak mengungkap Kebenaran kepada Indonesia tentang Pancasila.
Terima kasihku kepadamu Lewo Belen Waibalun
----
------
(Foto Butet Kartarajasa)
(Karolus Banda Larantukan)
Peristiwa adalah rajutan dan tenunan kisah antara masa lalu, masa kini dan masa depan. Rajutan dan tenunan kisah itu adalah ungkapan kebenaran yang terus mengalir. Kebenaran yang tak berawal dan berujung, namun terus mengada. Peristiwa adalah rajutan dan tenunan kebenaran yang terus mengada. Maka, setiap peristiwa harus selalu dirayakan. Pun 'Peristiwa Waibalun buat Si Butet Kartarajasa', si monolog itu harus pula dirayakan.
Peristiwa itu menenun dan merajut kisah tentang Waibalun. Menenun dan merajut kisah tentang masa lalu, masa kini dan masa depan tentang kampung 'Kecil tapi Besar' itu yakni Waibalun. Tenunan dan rajutan ini bukan sebuah romantisme masa lalu; bukan euforia masa kini; dan bukan imajinasi bahkan utopia masa depan. Melainkan sebuah rajutan dan tenunan yang mengalirkan serentak membuka tabir kebenaran, maka peristiwa itu harus dirayakan.
Waibalun, kampung 'Kecil tapi Besar itu' merajut peristiwa gunung Ile Mandiri, menenun kisah pulau Nuha Waibalun dan mengada kebenaran Lewo Belen Waibalun. Waibalun, Lewo Belen itu menenun dan merajut Kedike (baca: orang) Waibalun untuk menjadi Atadiken (baca: manu sia baik) Waibalun. Atadiken Waibalun itu pun dirajut dan ditenun di atas filosofi 'Lage Ae Niku Kola' (baca: melangkah maju menengok ke belakang). Maka, peristiwa Waibalun adalah rajutan serentak tenunan tentang Atadiken Waibalun. Dan dengannya harus dirayakan.
Hari ini, Senin 28 Oktober 2019, bertempat di serambi Marbella Convention Hotel, dalam kisah 'Persamuhan Nasional Bakti Bangsa 2019', 'Peristiwa Waibalun' itu dipersembahkan buat Si Butet Kartarajasa, Sang Seniman Indonesia itu. Saya yakin sekali bahwa Doro Butet tak punya kisah bahkan mimpi tentang Waibalun dan peristiwanya. Saya yakin telinganya belum pernah mendengar tentang Waibalun dan peristiwanya. Saya yakin imajinasinya pun belum menyentuh tentang Waibalun dan peristiwanya. Tapi, saya yakin 'Peristiwa Waibalun' itu akan membuat telinganya jauh mendengar serentak menyentuh imajinasinya. Tapi saya percaya, bahwa 'Peristiwa Waibalun' itu akan merajut jiwanya serentak menenun rasanya. Dan pada akhirnya 'Peristiwa Waibalun' itu mengada dan menyuarakan serentak mengungkap Kebenaran kepada Indonesia tentang Pancasila.
Terima kasihku kepadamu Lewo Belen Waibalun
----
Anyer, 28 Oktober 2019
Komentar
Posting Komentar