"WAE"

"WAE"

Oleh Nesty Maran

Diawali perbincangan hangat seakan mengelabui  dinginnya malam, sampai-sampai bermaksud memotong waktu, namun sang jangkrik memberi isyarat:
"Malam".

Kodrat tetap sama, walau intonasi makin menjulang .
Berbincang sampai larut bukan hal indah.
Melihat diri sebagai kupu-kupu pada saat itu.
Hanya bermodal kalimat penegasan: "Mengapa harus menjadi kupu-kupu?"

Satu hal yang paling menggugah  dalam ucapannya: "Pelayanan diberikan agar yang akan datang kelak merasa dilayani".

Kupu-kupu selalu menyembunyikan anaknya, sampai harus kelihatan mampu.
Menangis di pelataran rumah, merayu Sang Pencipta agar diberikan bunga.

Sampai sekarang tak ada yang tahu bagaimana raut muka si kupu-kupu dalam tangisan...???!!!


Ruang Kelas XI 
SMA Negeri 1 Larantuka

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WAIBALUN - JATI DIRI

TERUNTUK PATER BERNAD MULLER, SVD

KRITIK BUDI (Refleksi Singkat untuk HUT Pater Budi Kleden SVD)